NYATAKU
ADALAH MAYA
Written
by: Lie
“Cukuplah hati dan mata ini,
juga Tuhan yang tahu, kepada siapa doa dan cintaku ku alamatkan..”
Angin
berhembus tenang dalam renungan sepi malam ini. Berteman bulan yang tampak
pucat dan bersedih di atas sana menatap seorang gadis pinggiran kota yang
terdiam, merebahkan tubuhnya di atas hamparan rumput dengan tangan menggenggam
segulung kertas.
Gadis
itu Liana. Dan yang berdiri jauh di sana, jauh darinya, adalah Yuan,
kekasihnya. Entah apa yang membuat hati gadis itu terasa begitu tersayat setiap
kali ia merindukan kekasihnya. Ia memiringkan tubuhnya, dan air matanya
menitik. Gulungan kertas yang ternyata adalah surat dari Yuan, surat yang
pertama kali diberikan padanya pada beberapa minggu setelah cinta itu mulai
mereka rajut dengan rapi hingga saat ini, itu diremasnya kuat. Ia bangkit,
berjalan, berlari, entah untuk apa.
“suratmu,
sebagai pelepas rindu hatiku..”
Ia
pergi, meninggalkan hamparan rumput yang menjadi saksi setiap kali ia
merindukan kekasihnya itu. Berpindah, ke ruang kedamaian yang juga menjadi
saksi seberapa dalam cinta mereka. Mata sayunya menatap ponselnya, berharap
Yuan mengirim pesan untuknya. Lima menit.. sepuluh menit.. tiga puluh menit..
dan satu jam sudah ia menunggu. Diambilnya ponsel itu, dan menuliskan beberapa
kata. Beberapa kali kata-kata yang ia pikirkan untuk kekasihnya itu ia tulis.
Namun, beberapa kali juga kata-kata yang telah dituliskan itu dihapusnya.
“Yuan,
kapan kamu pulang?”
“Aku
kangen kamu, sayang..kamu udah lupa sama aku ya?”
“Sayang,
baik-baik disana ya..”
Dan
kalimat-kalimat itu, ia kirimkan. Hingga waktu menunjukkan pukul 8 malam, Yuan
membalas pesannya.
“Sayang,
maaf, aku bukannya lupa sama kamu saa.. aku nggak lupa.. Maaf kalau aku kurang
memperhatikanmu..”
Sayang,
gadis yang sejak tadi menunggu pesannya, sudah terpejam. Detik berlalu dan hari
berganti. Ketika gadis itu bangun dipagi hari, ia membuka pesan dari Yuan. Ia
tersenyum untuk pertama kalinya dihari ini.
“Iya,
sayang.. “, pesan itu ia kirim, membalas pesan dari Yuan.
Bahagianya
pagi itu menyambut bahagia-bahagia lain miliknya hari itu. Ia begitu
bersemangat mempertahankan cintanya yang ‘ berbeda dari yang lain’. Liana dan
Yuan tidak pernah berhenti. Selalu berjalan. Dan perjalanan cinta selama 1 tahun 3 bulan itu, bagi mereka bukan perjalanan
yang sebentar, walau pada kenyataannya terasa sangat sebentar. Mereka hanya
cukup tahu itu. Tidak perlu menerapkan konsep yang lain.
Ponselnya
kembali berdering. Ya, ada pesan baru lagi, masuk, dari Yuan. Dan kali ini
bunyinya lebih indah.
“Sayang,
semangat untuk hari ini ya.. tetap jaga senyumnya.. aku sayang kamu. I love
you, sayang..”
Satu
lagi kebahagiaan ia dapatkan. Senyumnya terkembang, mekar, dan indah di
wajahnya.
“Iya,
sayang.. terima kasih, kamu juga ya sayang.. semangat, jangan lupa sarapan..
aku juga sayang kamu, I love you too, sayang..”
Dan
lagi, pesan itu ia kirimkan pada Yuan bersama senyuman yang ia harapkan juga
akan terkembang di wajah kekasihnya.
Sepanjang
jalan menuju sekolah, terlebih saat ia sampai di jalan depan sekolahnya, ia
teringat tentang Yuan. Tentang pertama kali mereka berjalan bersama, saat itu,
satu tahun yang lalu, mereka masih satu sekolah. Ya, mereka berbeda satu
tingkatan kelas. Pagi itu, dan pagi-pagi lainnya, Liana selalu tersenyum
menghadapi harinya. Begitu juga harinya bersama Yuan. Walau ia tak tahu apa
yang sedang dilakukan Yuan jauh di sana. Ia hanya tahu, bahwa hatinya telah
mempercayai Yuan hampir 98%. Ia tidak perlu peduli akan kehancuran hatinya jika
mencintai terlalu dalam, karena ia pun tak pernah membayangkan jika Yuan akan
meninggalkannya sendirian. Yuan tak akan lakukan itu.
“Eh,
Li, kayaknya lagi seneng banget nih? Ada apa sih? Yuan lagi?”, sapa Siska,
sahabatnya, memecahkan lamunan Liana dan ingatan masa-masa indah perjalanan
cinta ‘Liyuan’ saat sampai di gerbang sekolah.
“Ah,
apaan sih, nggak ada apa-apa kok, Sis. Iyalah. Siapa lagi kalau bukan dia.. “,
ledeknya seraya pergi meninggalkan Siska di gerbang sekolah dan menyentil
bahunya.
“Kebiasaan
tuh.. senengnya kelewat batas..”, Siska menyusul Liana.
Seperti
mimpi, hari itu, Yuan datang. Ke bekas sekolahnya dulu. Semua teman-temannya
begitu berisik memanggil-manggil Liana, mereka mengetahui kedatangan Yuan yang
entah untuk apa.
“kok
kesini?”, jelas saja Liana bingung. Karena setahunya, hari itu Yuan banyak
acara di sekolahnya dan baru akan datang ke bekas sekolahnya ini nanti sore.
Wajah aneh Liana kembali muncul. Pipinya memerah, terlebih saat teman-temannya
meledeknya.
“Cie...
Li.. dicariin tuh.. temuin sana. Mumpung kesini lohh..” , mereka meledek
dan menertawakannya.
Gadis
itu berjalan cepat mendekati ruangan yang dituju Yuan. Ia ingin segeraa menemui
kekasihnya. Tetapi, ketika ia sudah dekat sekali dengan ruangan itu, ia
mengurungkan niatnya. Nyalinya menciut. Seperti akan bertemu dengan artis kelas
dunia, tetapi hanya menjadi penggemar rahasia. Uh, malu-malu kucing.
Ia
menghentikan langkahnya tepat di depan pintu laboratorium bahasa, dan
menempelkan kepalanya di pintu itu sedangkan tangannya bergelayut di lengan
pintu. Ia hanya tersenyum, mengingat saat dulu, mereka pernah mengabadikan
kenangan di dekat ruang itu.
Yuan
mungkin tidak melihatnya, Liana berbalik, meninggalkan pintu itu. Ia ingin
segera pulang, dan mengirim pesan unntuk Yuan. Hanya itu harapannya, hari ini.
Beberapa
saat setelah detik berganti, Liana meraih ponselnya, dan mengirim pesan bahagia
untuk kekasihnya.
“Sayang,
tadi kamu ke bekas sekolahan kan?? Ya kan?? Ihihih.. sayang, aku seneng banget
ketemu kamu hari ini, kamu kurusan sih sa? Sayang, semoga kita akan bertemu
pada waktu-waktu yang telah Tuhan siapkan ya sayang.. I love you, saa..”
Liana
memutar tubuhnya di depan kaca. Sisi kanan, sisi kiri, depan, dan mulai
senyum-senyum di depan kaca kamarnya. Untung saja tidak ada yang melihatnya,
karena mungkin jika ada yang melihat, orang itu akan berfikir, “dia rupanya
sudah gila”. Beberapa menit setelah pesan yang Liana kirimkan terkirim, masuk
satu pesan baru.
“ehehe,
iya sayang, ciee.. yang ketemu pacar nggak nyapa.. yee..”
“ihihi,
malu, say..”
Ponselnya
kembali diam. Liana bergerak keluar kamar, dan pergi bersama angin yang entah
akan menuntunnya kemana. Hingga malam tiba, bahagianya gadis itu masih tampak.
Ia begitu senang membayangkan wajah kekasihnya saat sedang tersenyum, tertawa,
dan ia juga senang membayangkan kekasihnya berdiri tepat di hadapannya dan mengajaknya
berlari mengitari taman kecil milik cinta mereka, setiap klai, sebelum sepasang
matanya terpejam.
“Tuhan,
bahagiakan dia .. bahagiakan cinta kami.. “
Esok
tiba. Sinar matahari mulai masuk ke kamar Liana melalui celah-celah jendela
kamarnya. Udara dingin masih terasa menusuk kulit. Ia masih berusaha untuk
tetap memejamkan matanya karena ini hari libur. Namun sepertinya, jika ia terus
memaksa, matahari akan marah. Baiklah, ia menyerah. Ia melompat turun dari tempat tidur dan
menuju ke white board yang ada di ruang
kedamaiannya.
“Bahagia
kita sederhana.. sesederhana dan sepolos saat kita menulis ‘Tuhan, aku
senang..’, dan dalam mencintai, kita hanya perlu sesederhana dan sepolos saat
kita menulis dan ucapkan, ‘aku sayang dia’..”
Ia
mengecek ponselnya. Ada satu pesan baru sejak tadi pukul lima. Pesan yang
indah, khusus untuk hati seorang Liana, dari seseorang yang berhati indah
bernama Yuan.
“Sayang,
selamat pagi, semangat ya buat hari ini.. Tetap jaga senyumnya.. Semoga hari
ini menyenangkan .. Aku sayang kamu.. I love you so much, saa..”
Lagi-lagi
kebahagiaan datang untuk mengawali harinya. Dengan segera ia membalas pesan
cinta dari kekasihnya.
“Selamat
pagi juga sayang.. iya saa.. kamu juga yang semangat ya saa.. Jangan lupa
bahagia..”.
Setelah
meletakkan ponselnya, ia berjalan ke arah jendela dan memejamkan matana
sejenak. Tersenyum, dan berucap sesuatu.
“Tuhan,
terima kasih telah menitipkan kado indah itu untukku .. Tuhan, aku bahagia..
Tuhan, bantu kami untuk terus saling mencintai dengan segala kesederhaan yang
kami punya. Dan yang Engkau berikan..”
Angin
berhembus, membawa segala ucapan dan kebahagiaannya terbang. Tinggi. Seiring
dengan langkahnya pergi menyambut bahagia-bahagia, dan senyum-senyum yang
lainnya pada hari ini, dan hari-hari selanjutnya.
SELESAI